Perjalanan Bisnis Mandala Air Jatuh, Bangun, dan Jatuh Lagi

Di tengah bisnis penerbangan yang semakin menggeliat sampai awal tahun 2000-an, Mandala terus berkembang dari tahun ke tahun

Dunia Aviasi - Dunia penerbangan nasional kembali terhentak setelah PT Mandala Airline, salah satu maskapai penerbangan lokal yang memiliki sejarah panjang di dunia penerbangan Indonesia memutuskan untuk berhenti beroperasi alias tumbang ditengah jalan. Bagi sebagian orang, berhentinya Mandala pada 1 Juli 2014 tentu saja mengejutkan. Pasalnya, bukan kali ini saja Mandala mendapatkan masalah keuangannya. Sejak awal berdirinya Mandala tahun 1969 sampai memutuskan berhenti beroperasi beberapa waktu lalu, Mandala sudah memiliki pengalaman panjang mengatasi masalah keuangan yang melilitnya.

Sejarah Panjang Mandala Air

Secara historis, PT Mandala Airline didirikan pada tahun 1969 oleh para prajurit-prajurit TNI yaitu Kolonel Sofjar, Mayjen Raden Soerjo, Mayor Soegandi Partosoegondo, Mayor Kasbi Indradjanoe, dan Mayor Darwin Ramli. PT Mandala Airline membuka pertama kali jalur penerbangan ke arah timur Indonesia dengan pesawat Vicker Viscount (VC-8). Rute penerbangannya meliputi kota Jakarta, Ambon, Surabaya, Denpasar, Gorontalo, Manado, Yogyakarta, Ujung Pandang (sekarang Makasar), dan Kendari. Seiring berkembangnya waktu, tahun 1972, Mandala mengambil alih rute-rute Seulawah Air yaitu rute di kota Banda Aceh, Banjarmasin, Medan, Padang, Palembang, dan Pontianak.

Kemerosotan Awal

Di tengah bisnis penerbangan yang semakin menggeliat sampai awal tahun 2000-an, Mandala terus berkembang dari tahun ke tahun. Namun, masalah mulai tumbuh sejak tahun 2001 di mana pertumbuhan maskapai nasional semakin banyak dan persaingan pun semakin kuat. Di tengah hiruk-pikuk persaingan, Mandala terimbas kebijakan politik yang tidak membolehkan militer memegang kendali bisnis pada tahun 2005 dan terlilit utang sebesar Rp 800 miliar kepada kreditur. Akibatnya, Mandala Airline harus dijual kepada pihak swasta setelah pemerintah menolak mengambil alih.

Perubahan Pemilik

Melihat celah peluang bisnis, PT Cardig International mengakuisisi Mandala dengan harga 34 juta dollar Amerika pada tahun 2006. Perpindahan kepemilikan saham mayoritas tidak sampai di situ, pada tahun yang sama, Indigo partners mengakuisisi 49 persen saham Cardig. Meskipun kepemilikan sahamnya bukan lagi dimiliki militer, masalah keuangan tidak lepas dari Mandala. Utang perusahaan terus meningkat bangkah menyentuh angka Rp 2,4 triliun. Akibatnya, Mandala pernah memberhentikan operasinya sementara.

Keputusan Terakhir

Manajemen Mandala kemudian memutuskan untuk kembali terbang pada pertengahan 2011. Saat itu kepemilikan saham sudah berganti kepada PT Saratoga Investment sebesar 51 persen dan TigerAir yang berasal dari Singapura sebesar 33 persen serta sisanya tetap dimiliki oleh pemegang saham yang lama. Namun, kondisi keuangan Mandala terus terkuras, akibat semakin menurunnya penumpang dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ketidakmampuan mengelola keuangan tersebut membuat Dewan Komisaris mengambil keputusan untuk menghentikan operasi mulai 1 Juli 2014. Keputusan tersebut tentu berdasarkan pertimbangan yang cermat dari Dewan Komisaris Mandala.

Pelajaran dari Perjalanan Mandala Air

Satu hal yang penting dari rentetan sejarah Mandala Air adalah bahwa dalam bisnis bukan hanya ada jatuh dan bangun, tetapi juga bisa jatuh lagi. Ini menjadi pelajaran berharga bagi pelaku bisnis di Indonesia dan di seluruh dunia. Mandala Air menghadapi berbagai tantangan selama perjalanan bisnisnya, termasuk persaingan sengit, masalah keuangan, dan perubahan kepemilikan. Meskipun perusahaan mencoba untuk bertahan, akhirnya mereka harus menyerah.

Perjalanan bisnis Mandala Air juga mencerminkan pentingnya manajemen keuangan yang baik, adaptasi terhadap perubahan pasar, dan kemampuan untuk mengambil keputusan sulit jika diperlukan. Semua ini adalah faktor kunci dalam kesuksesan jangka panjang suatu perusahaan.

Dalam dunia yang terus berubah, bisnis harus siap menghadapi tantangan dan beradaptasi agar tetap relevan. Mandala Air adalah contoh nyata bahwa bahkan perusahaan dengan sejarah panjang dan reputasi yang kuat pun tidak selalu dapat bertahan jika mereka tidak mampu mengatasi masalah internal dan eksternal yang dihadapi. Kesuksesan bisnis adalah hasil dari kerja keras, manajemen yang baik, dan kemampuan untuk belajar dari kesalahan.

Posting Komentar

0 Komentar